Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia), yang diperingati setiap 9 Desember, merupakan momen penting untuk merefleksikan dan memperkuat upaya pemberantasan korupsi di tingkat global dan nasional. Tahun 2024, tema “Tumbuhkan Budaya Antikorupsi untuk Generasi Mendatang” menggarisbawahi pentingnya membangun pondasi yang kokoh untuk menciptakan masyarakat yang bebas dari korupsi. Dalam konteks ini, penanaman nilai-nilai antikorupsi sejak dini menjadi langkah strategis untuk melawan korupsi secara berkelanjutan.
Dalam sejarahnya, pada 31 Oktober 2003, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi 58/4, yang menegaskan perlunya konvensi internasional untuk memerangi korupsi. Resolusi ini menetapkan United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) sebagai dokumen utama yang menjadi pedoman global dalam upaya melawan korupsi.
Pada 9 Desember 2003, UNCAC secara resmi dibuka untuk ditandatangani di Mérida, Meksiko. Konvensi ini kemudian disahkan pada 14 Desember 2005 dan menjadi instrumen hukum internasional yang pertama kali mengatur pemberantasan korupsi secara menyeluruh. Dalam konvensi tersebut, korupsi didefinisikan sebagai ancaman besar bagi pembangunan, stabilitas, dan perdamaian dunia. Penandatanganan UNCAC oleh lebih dari 140 negara pada saat itu menjadi tonggak sejarah dalam memperkuat kerja sama lintas negara untuk memberantas korupsi. Hakordia kemudian diputuskan untuk diperingati setiap 9 Desember, sebagai penghormatan atas momentum bersejarah tersebut.
Permasalahan Korupsi
Korupsi merupakan permasalahan global yang berdampak pada hampir setiap aspek kehidupan manusia. Transparency International dalam Corruption Perceptions Index (CPI) menunjukkan bahwa tingkat korupsi tetap tinggi di banyak negara, termasuk di negara-negara berkembang. Menurut laporan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), korupsi menyebabkan kerugian global hingga triliunan dolar setiap tahunnya. Kerugian ini mencakup hilangnya investasi, ketimpangan sosial, dan lemahnya kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah.
Selain dari itu, korupsi merupakan masalah kompleks yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Menurut laporan dari Transparency International, korupsi merusak kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan memperdalam ketimpangan sosial. Di negara-negara berkembang, korupsi sering kali menjadi penghalang utama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Korupsi bukan hanya soal suap dan penggelapan, tetapi juga menyangkut pelanggaran etika, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi sistem. Oleh karena itu, pemberantasannya tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum; perlu adanya transformasi budaya yang melibatkan semua lapisan masyarakat.
Budaya Antikorupsi
Budaya antikorupsi adalah seperangkat nilai, norma, dan perilaku yang menolak segala bentuk korupsi. Untuk menciptakan budaya ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, keluarga, komunitas, dan institusi pemerintahan. Dalam hal pendidikan sebagai pilar utama, memegang peranan sentral dalam menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada generasi muda. Kurikulum sekolah perlu memasukkan materi tentang integritas, transparansi, dan akuntabilitas. Pendekatan berbasis nilai ini membantu siswa memahami dampak negatif korupsi serta pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari.
Program seperti School Integrity Clubs di beberapa negara telah terbukti efektif dalam mempromosikan kesadaran antikorupsi di kalangan siswa. Selain itu, pelatihan khusus untuk pendidik juga penting agar mereka mampu mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi dalam metode pengajaran.
Selain dari itu, keluarga adalah lingkungan pertama tempat seorang anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dalam hal kejujuran dan integritas. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan nilai moral yang kuat cenderung memiliki toleransi rendah terhadap perilaku koruptif. Oleh karena itu, pendidikan karakter di rumah harus menjadi prioritas.
Komitmen Huadi Group
Bagi Huadi Group, penegasan terhadap komitmen kami untuk membangun budaya integritas, transparansi, dan akuntabilitas dalam setiap aspek operasional perusahaan. Dengan mengusung tema “Tumbuhkan Budaya Antikorupsi untuk Generasi Mendatang”, kami percaya bahwa memerangi korupsi adalah tanggung jawab bersama demi menciptakan masa depan yang lebih bersih, adil, dan bermartabat bagi Indonesia.
Mari bersama kita jaga nilai-nilai kejujuran, tanamkan integritas, dan bersinergi melawan korupsi demi Indonesia yang lebih baik!