Kripis Malabbiri lahir dari tangan anak muda Bantaeng bernama Nur Rahmat. Pemuda kelahiran Desa Baruga ini memutuskan membuat kripik pisang untuk membantu perekonomian keluarganya.
Alumni UIN Alauddin ini memilih pulang kampung untuk menemani orang tuanya. Rahmat sempat bekerja selama lima bulan di Makassar selepas tamat kuliah. Di Bantaeng ia bekerja sebagai pegawai honorer di Dinas Perpustakaan dan Arsip, sesuai dengan keilmuannya di jurusan Ilmu Perpustakaan semasa kuliah.
Rahmat memilih olahan pisang setelah melihat potensi pisang di Bantaeng. Juga karena menurutnya, “lebih mudah dibikin dan bisa tahan lama”.
Dibantu oleh om dan tante-nya, Rahmat memulai usaha kripik pisang ini pada bulan Juli 2023. Awalnya mereka hanya mampu menjual 100 bungkus per bulan. Kripik pisang ini ia titip jual di toko-toko sekitar rumahnya.
Untuk meningkatkan penjualan, Rahmat pun mendatangi satu per satu toko-toko besar di Bantaeng. Jalannya tak begitu mulus. Tak sedikit penolakan yang ia terima. Umumnya, pemilik toko menolak karena sudah banyak yang menitip kripik pisang.
Pantang menyerah Rahmat terus mendatangi toko – toko lain untuk menitipkan produk kripiknya. Usahanya berbuah manis, Kripis Mallabiri kini tersedia dan dapat dibeli di 14 toko yang ada di Bantaeng. Distribusi kripik pisang ini sudah menjangkau pelanggan di Bulukumba dan Makassar.
“Kripis ini lebih gurih, Kak” jawab Rahmat dengan yakin alasan kenapa banyak yang menyukai produk olahan kripiknya yang hadir dengan empat varian rasa.
Meningkatnya permintaan dan produksi kripik menghadirkan tantangan baru, yaitu pasokan bahan baku. Dalam sebulan Rahmat membutuhkan 25 – 30 tandan pisang. Rahmat bercerita bahwa mereka pernah menunda produksi hingga seminggu karena kekurangan pisang.
“Pernah juga tante sakit karena bikin kripis sampai tengah malam. Itu hari ada pesanan 300 bungkus.” ungkap Rahmat yang membeli pisang langsung dari petani di desa Baruga dan sekitarnya hingga ke Banyorang.
Upaya pengembangan usaha terus dilakukan oleh Rahmat. Salah satunya adalah perbaikan kemasan dan legalitas usaha.
“Saya lagi berusaha untuk bisa ikut pelatihan. Semoga bisa ikut pelatihan di Dinas Koperasi atau Program Yess” harap Rahmat.
Anak muda kelahiran Desa Baruga merasa masih harus terus belajar dan berusaha agar mimpinya bisa membantu banyak orang melalui Kripis Malabbiri bisa tercapai.
“Sesuai namanya, malabbiri yang berarti kebaikan, saya mau kripis ini bisa memberi manfaat dan kebaikan bagi banyak orang” ungkap Rahmat.
Untuk membantu Rahmat meraih mimpinya, bagi kalian yang menggemari kripik pisang, silakan pesan Kripis Malabbiri via WA 08135 5650 4130.
#KripisMalabbiri
#KripikPisang
#UMKMBantaeng
#HuadiMakmur
#HuadiIndonesia
#HuadiGroupBantaeng
#TumbuhBersama